Kamis, 01 Januari 2015

TOKOH KEPERAWATAN DAN TEORINYA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biografi Cheryl Tatano Beck, DNSc, CNM, FAAN
    
Cheryl adalah seorang profesor di University of Connecticut, School of Nursing. Gelar Sarjana Science dalam Keperawatan adalah dari Western Connecticut State University. Dia menerima gelar Master-nya dalam merawat ibu-bayi yang baru lahir dari Yale University. Cheryl adalah bersertifikat perawat-bidan. Dia menerima sertifikat nya di perawat-bidan juga dari Yale University. Dokter nya of Science Keperawatan adalah dari Boston University.
Cheryl adalah rekan dalam American Academy of Nursing. Dia telah menerima berbagai penghargaan seperti Keperawatan Timur Research Society Distinguished Penghargaan Peneliti, Distinguished Award dari Alumna Yale University dan Perawat Connecticut 'Association Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya terhadap penelitian keperawatan. Saat ini ia menjabat sebagai dewan redaksi Kemajuan Ilmu Keperawatan, Journal of Pendidikan Keperawatan, dan Jurnal Pengukuran Keperawatan. Ia telah menjadi anggota Dewan Pembina Depresi Setelah Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce Internasional Society. Dia telah ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan Internasional.

Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah memfokuskan upaya penelitiannya pada pengembangan program penelitian pada suasana hati dan kecemasan gangguan postpartum. Dia telah banyak diteliti gangguan ini menghancurkan yang mengganggu ibu baru menggunakan kedua metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan temuan dari seri-nya studi kualitatif, Cheryl telah mengembangkan Postpartum Depression Screening Scale (PDSS) yang diterbitkan oleh Layanan Psikologi Barat.
Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada (1) dampak trauma kelahiran pada ASI, (2) pengaruh DHA pada depresi postpartum, dan (3) menilai psikometri dari Screening administrasi Skala-telepon Postpartum Depression.

2.2 PengertianDepresi Postpartum dan Factor-faktorPenyebabnya
Menurut Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan. Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney, et al., 2008) :
a.        Depresi prenatal
Depresi prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya depresi postpartumyang paling kuat.Depresi prenatal bisa terjadi pada beberapaatau keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck, 2001).
b.       Stress merawat anak
Hal-hal yang membuat stres yang berhubungan dengan perawatan anak meliputi faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami bayi, dan kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan dan tidur (Beck, 2001).
c.        Stress dalam kehidupan
Stres dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya stres selama kehamilan dan setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam hidup seseorang, bisa karena hal yang positif maupun negatif, dan termasuk juga sebuah pengalaman seperti, perubahan status perkawinan (contohnya, bercerai, menikah kembali), perubahan pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan, perampokan, krisis ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001)
d.       Dukungan sosial
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan merasa gagal yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi (Anonim).
e.        Ansietas pranatal
Ansietas pada masa kehamilan bisa terjadi selama beberapa trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan. Ansietas ini merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).
f.        Kepuasan perkawinan
Derajat kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan ditandai dengan seberapa bahagia atau puasnya seorang wanita pada hal-hal tertentu dari perkawinannya, seperti komunikasi, keterbukaan, kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu, menghargai terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global lainnya (Beck, 2001).
g.       Riwayat depresi sebelumnya
Sarafino dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009).
h.       Temperamen bayi
Temperamen bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi yang lekas marah, rewel, dan susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi postpartum.
i.         Maternity blues
Maternity bluesadalah sebuah fenomena yang hanya sekilas dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari pertama setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih.Keadaan tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas konsentrasi, lekas marah, dan suasana hati yang labil (Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j.         Harga diri
Harga diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum dalam hal harga diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan kepuasan terhadap diri sendiri.Rendahnya harga diri menggambarkan negatifnya evaluasi terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan seseorang (Beck, 2001).
k.       Status sosioekonomi
Segre, Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010), mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan keluarga, semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
l.         Status perkawinan
Status demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita dalam hal pernikahan.Tingkatannya adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah, memiliki pasangan (Beck, 2001).
m.     Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan
Kehamilan yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap kehamilan yang dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu bukanlah waktu yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap perawatan bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009). Seorang bayi mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya depresi postpartum, karena jika bayi lahir lebih awal dapat menyebabkan perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh orang tua (ACOG, 2009).

2.3 Pencegahan Depresi Postpartum
Pencegahan terjadinya depresi postpartum dapat dilakukan dengan melakukan kursus untuk perawat maternitas dan profesi kesehatan lain. Hal ini disebabkan pada umumnya bantuan yang diberikan pertama kali adalah dari tenaga kesehatan.Ibu biasanya gagal keluar dari kondisi yang sulit karena perasaan yang kurang nyaman, sehingga sangat penting memberikan pelatihan atau kursus pada tenaga kesehatan professional agar mampu menolong ibu secara professional.
Menyelenggarakan kelas antenatal bagi ibu hamil dan keluarga.Keluarga mendapatkan pengetahuan tentang persalinan dan perawatan bayi, pengetahuan dan perhatian padaaspek emosional serta bagaimana penyelesaian masalah emosional.Kenyataan menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang depresi postpartum dapat mengurangi kejadian depresi postpartum (Zahra, 2010).
Konseling perkawinan bagi pasangan yang akan menikah ataupun sudah menikah. Konseling perkawinan bertujuan untuk membangun dan membina keluarga yang harmonis.Seorang konselor menjelaskan tentang tujuan perkawinan, mempersiapkan perkawinan, membina perkawinan, membina hubungan seksual dalam perkawinan, dan mengasuh serta membimbing anak dalam keluarga.Konselor juga membantu untuk mengatasi masalah dalam kehidupan keluarga (Nurbaeti, 2002).

2.4  Penatalaksanaan Depresi Postpartum
Banyak perempuan tidak mau bercerita bahwa mereka menderita depresi postpartum, karena merasa malu, takut dan merasa bersalah karena merasa depresi disaat seharusnya merasa bahagia, dan takut dikatakan tidak layak untuk menjadi ibu. Tidak berarti bila menderita depresi postpartum tidak pantas menjadi ibu, ada beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut antara lain : 1) banyak istirahat sebisanya, tidurlah selama bayi tidur; 2) hentikan membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah; 3) mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada malam hari, mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui saat malam hari sehingga ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak; 4) bicarakan dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan yang dimiliki; 5) jangan sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar rumah untuk merubah suasana hati; 6) bicaralah dengan ibunda agar dapat saling bertukar pengalaman; 7) ikuti grup supportuntuk perempuan dengan depresi melalui edukasi; 8)jangan membuat perubahan hidup yang sangat drastis selama kehamilan seperti pindah pekerjaan, pindah rumah, memulai usaha baru, merenovasi atau membangun rumah. Bila perubahan  drastis tidak dapat dielakkan, buatlah perencanaan yang matang dan bantuan ataupun support untuk persiapan kelahiran bayi (Schmitt, 2009).
Depression and Bipolar Support Alliance (DBSA) (2010), Jika mengalami depresi postpartumhal-hal yang dapat dilakukan adalah: 1) bicaralah dengan ahli kesehatan tentang semua gejala-gejalanya, riwayat kesehatan yang lalu; 2) bergabunglah dengan sebuah kelompok, dimana bisa berbagi perasaan dan pikiran di dalamnya; 3) makan secara seimbang dan teratur; 4) lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki; 5) beri kesempatan kepada keluarga dan teman untuk menolong, seperti mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh anak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan. Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney, et al., 2008) :
a.        Depresi prenatal
b.       Stress merawat anak
c.        Stress dalam kehidupan
d.       Dukungan sosial
e.        Ansietas pranatal
f.        Kepuasan perkawinan
g.       Riwayat depresi sebelumnya
h.       Temperamen bayi
i.         Maternity blues
j.         Harga diri
k.       Status sosioekonomi
l.         Status perkawinan
m.     Kehamilan tidak diinginkan atau tidak direncanakan


3.2 Saran
           Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.





DAFTAR PUSTAKA