BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Cheryl Tatano Beck, DNSc, CNM, FAAN
Cheryl adalah seorang profesor di
University of Connecticut, School of Nursing. Gelar Sarjana Science dalam
Keperawatan adalah dari Western Connecticut State University. Dia menerima
gelar Master-nya dalam merawat ibu-bayi yang baru lahir dari Yale University.
Cheryl adalah bersertifikat perawat-bidan. Dia menerima sertifikat nya di
perawat-bidan juga dari Yale University. Dokter nya of Science Keperawatan
adalah dari Boston University.
Cheryl adalah rekan dalam American Academy of Nursing. Dia telah menerima berbagai penghargaan seperti Keperawatan Timur Research Society Distinguished Penghargaan Peneliti, Distinguished Award dari Alumna Yale University dan Perawat Connecticut 'Association Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya terhadap penelitian keperawatan. Saat ini ia menjabat sebagai dewan redaksi Kemajuan Ilmu Keperawatan, Journal of Pendidikan Keperawatan, dan Jurnal Pengukuran Keperawatan. Ia telah menjadi anggota Dewan Pembina Depresi Setelah Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce Internasional Society. Dia telah ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan Internasional.
Cheryl adalah rekan dalam American Academy of Nursing. Dia telah menerima berbagai penghargaan seperti Keperawatan Timur Research Society Distinguished Penghargaan Peneliti, Distinguished Award dari Alumna Yale University dan Perawat Connecticut 'Association Diamond Jubilee Award untuk kontribusinya terhadap penelitian keperawatan. Saat ini ia menjabat sebagai dewan redaksi Kemajuan Ilmu Keperawatan, Journal of Pendidikan Keperawatan, dan Jurnal Pengukuran Keperawatan. Ia telah menjadi anggota Dewan Pembina Depresi Setelah Pengiriman-Nasional dan Dewan Eksekutif Marce Internasional Society. Dia telah ditunjuk untuk Presiden Dewan Pertimbangan Postpartum Dukungan Internasional.
Selama 20 tahun terakhir Cheryl telah
memfokuskan upaya penelitiannya pada pengembangan program penelitian pada
suasana hati dan kecemasan gangguan postpartum. Dia telah banyak diteliti
gangguan ini menghancurkan yang mengganggu ibu baru menggunakan kedua metode
penelitian kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan temuan dari seri-nya studi
kualitatif, Cheryl telah mengembangkan Postpartum Depression Screening Scale
(PDSS) yang diterbitkan oleh Layanan Psikologi Barat.
Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada (1) dampak trauma kelahiran pada ASI, (2) pengaruh DHA pada depresi postpartum, dan (3) menilai psikometri dari Screening administrasi Skala-telepon Postpartum Depression.
Saat ini upaya penelitian Cheryl difokuskan pada (1) dampak trauma kelahiran pada ASI, (2) pengaruh DHA pada depresi postpartum, dan (3) menilai psikometri dari Screening administrasi Skala-telepon Postpartum Depression.
2.2 PengertianDepresi Postpartum dan
Factor-faktorPenyebabnya
Menurut
Beck (2002) dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode
depresi mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan.
Menurut Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu
(Varney, et al., 2008) :
a.
Depresi
prenatal
Depresi
prenatal (selama kehamilan) merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya
depresi postpartumyang paling kuat.Depresi prenatal bisa terjadi pada
beberapaatau keseluruhan dari trimester kehamilan (Beck, 2001).
b.
Stress
merawat anak
Hal-hal
yang membuat stres yang berhubungan dengan perawatan anak meliputi
faktor-faktor seperti masalah kesehatan yang dialami bayi, dan
kesulitan dalam perawatan bayi khususnya mengenai masalah makanan dan tidur
(Beck, 2001).
c.
Stress
dalam kehidupan
Stres
dalam kehidupan merupakan penunjuk terjadinya stres selama kehamilan dan
setelah kehamilan. Stres yang terjadi dalam hidup seseorang, bisa karena hal
yang positif maupun negatif, dan termasuk juga sebuah pengalaman seperti,
perubahan status perkawinan (contohnya, bercerai, menikah kembali), perubahan
pekerjaan, dan krisis yang terjadi (contohnya, kecelakaan, perampokan, krisis
ekonomi, dan penyakit kronis) (Beck, 2001)
d.
Dukungan
sosial
Ibu yang baru saja mengalami proses
reproduksi sangat membutuhkan dukungan psikologis dari orang-orang terdekatnya.
Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat menyebabkan penurunan
psikologis seperti mudah menangis, merasa bosan, capek, tidak bergairah, dan
merasa gagal yang akan menyebabkan ibu menjadi depresi (Anonim).
e.
Ansietas
pranatal
Ansietas pada masa kehamilan bisa
terjadi selama beberapa trimester dan kadang terjadi diseluruh masa kehamilan.
Ansietas ini merupakan suatu perasaan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi
mengenai sesuatu yang tidak jelas, ancaman yang belum jelas (Beck, 2001).
f.
Kepuasan
perkawinan
Derajat
kepuasan dengan sebuah hubungan perkawinan ditandai dengan seberapa bahagia atau
puasnya seorang wanita pada hal-hal tertentu dari perkawinannya, seperti
komunikasi, keterbukaan, kesamaan dalam saling menghargai, saling membantu,
menghargai terhadap suatu keputusan, dan hal-hal yang baik secara global
lainnya (Beck, 2001).
g.
Riwayat
depresi sebelumnya
Sarafino
dalam Ryan (2009), menyatakan bahwa perempuan yang memiliki sejarah masalah
emosional rentan terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap
selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan
dengan munculnya gejala depresi (Ryan, 2009).
h.
Temperamen
bayi
Temperamen
bayi yang sulit digambarkan sebagai seorang bayi yang lekas marah, rewel, dan
susah dihibur (Beck, 2001). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Whiffen dan Gotlib (1989) dalam Hagen (1999), yang menyimpulkan
bahwa temperamen sebagai salah satu penyebab terjadinya depresi postpartum.
i.
Maternity
blues
Maternity bluesadalah sebuah fenomena
yang hanya sekilas dari perubahan suasana hati yang dimulai pada beberapa hari
pertama setelah melahirkan dan paling sedikit 1 sampai 10 hari atau lebih.Keadaan
tersebut ditandai dengan perasaan ingin menangis, cemas, kesulitas konsentrasi,
lekas marah, dan suasana hati yang labil (Beck, 1998a dalam Beck, 2001).
j.
Harga
diri
Harga
diri ditunjukkan kepada perasaan seorang wanita secara umum dalam hal harga
diri dan penerimaan diri sendiri, artinya adalah kepercayaan diri dan kepuasan
terhadap diri sendiri.Rendahnya harga diri menggambarkan negatifnya evaluasi
terhadap diri sendiri dan perasaan terhadap diri seseorang atau kemampuan
seseorang (Beck, 2001).
k.
Status
sosioekonomi
Segre,
Lisa, Losch, O’Hara dalam Wikipedia (2010), mengungkapkan bahwa status sosial
ekonomi berhubungan dengan kejadian depresi postpartum. Semakin rendah pendapatan
keluarga, semakin tinggi pula resiko terjadinya depresi postpartum.
l.
Status
perkawinan
Status
demografi ini berfokus pada kedudukan seorang wanita dalam hal pernikahan.Tingkatannya
adalah tidak menikah, menikah/hidup bersama, bercerai, janda, berpisah,
memiliki pasangan (Beck, 2001).
m.
Kehamilan
tidak diinginkan atau tidak direncanakan
Kehamilan
yang tidak direncanakan, bisa disebabkan oleh perasaan ragu-ragu terhadap
kehamilan yang dialami.Jika kehamilan itu direncanakan, mungkin saja 40 minggu
bukanlah waktu yang cukup bagi pasangan untuk menyesuaikan diri terhadap
perawatan bayi yang ada kalanya membutuhkan usaha yang cukup keras (The
American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG), 2009). Seorang bayi
mungkin dilahirkan lebih awal dari perkiraan lahirnya, hal ini juga dapat
menjadi faktor pemicu terjadinya depresi postpartum, karena jika bayi lahir
lebih awal dapat menyebabkan perubahan secara tiba-tiba, baik di lingkungan
rumah maupun perubahan terhadap rutinitas kerja yang tidak diharapkan oleh
orang tua (ACOG, 2009).
2.3
Pencegahan Depresi Postpartum
Pencegahan
terjadinya depresi postpartum dapat dilakukan dengan melakukan kursus untuk
perawat maternitas dan profesi kesehatan lain. Hal ini disebabkan pada umumnya
bantuan yang diberikan pertama kali adalah dari tenaga kesehatan.Ibu biasanya gagal
keluar dari kondisi yang sulit karena perasaan yang kurang nyaman, sehingga
sangat penting memberikan pelatihan atau kursus pada tenaga kesehatan
professional agar mampu menolong ibu secara professional.
Menyelenggarakan
kelas antenatal bagi ibu hamil dan keluarga.Keluarga mendapatkan pengetahuan
tentang persalinan dan perawatan bayi, pengetahuan dan perhatian
padaaspek emosional serta bagaimana penyelesaian masalah emosional.Kenyataan
menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang depresi postpartum dapat
mengurangi kejadian depresi postpartum (Zahra, 2010).
Konseling
perkawinan bagi pasangan yang akan menikah ataupun sudah menikah. Konseling
perkawinan bertujuan untuk membangun dan membina keluarga yang harmonis.Seorang
konselor menjelaskan tentang tujuan perkawinan, mempersiapkan perkawinan,
membina perkawinan, membina hubungan seksual dalam perkawinan, dan mengasuh
serta membimbing anak dalam keluarga.Konselor juga membantu untuk mengatasi
masalah dalam kehidupan keluarga (Nurbaeti, 2002).
2.4 Penatalaksanaan
Depresi Postpartum
Banyak
perempuan tidak mau bercerita bahwa mereka menderita depresi postpartum, karena
merasa malu, takut dan merasa bersalah karena merasa depresi disaat seharusnya
merasa bahagia, dan takut dikatakan tidak layak untuk menjadi ibu. Tidak
berarti bila menderita depresi postpartum tidak pantas menjadi ibu, ada
beberapa bantuan yang dapat dilakukan untuk mengatasi depresi tersebut antara
lain : 1) banyak istirahat sebisanya, tidurlah selama bayi tidur; 2) hentikan
membebani diri sendiri untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang
dapat dilakukan dan berhenti saat merasa lelah; 3) mintalah bantuan untuk
mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian makan pada malam hari,
mintalah pada suami untuk mengangkat bayi untuk disusui saat malam hari sehingga
ibu dapat menyusui di tempat tidur tanpa harus banyak bergerak; 4) bicarakan
dengan suami, keluarga, teman, mengenai perasaan yang dimiliki; 5) jangan
sendirian dalam jangka waktu lama, pergilah keluar rumah untuk merubah suasana
hati; 6) bicaralah dengan ibunda agar dapat saling bertukar pengalaman; 7)
ikuti grup supportuntuk perempuan dengan depresi melalui edukasi; 8)jangan
membuat perubahan hidup yang sangat drastis selama kehamilan seperti pindah
pekerjaan, pindah rumah, memulai usaha baru, merenovasi atau membangun rumah.
Bila perubahan drastis tidak dapat dielakkan,
buatlah perencanaan yang matang dan bantuan ataupun support untuk persiapan kelahiran
bayi (Schmitt, 2009).
Depression
and Bipolar Support Alliance (DBSA) (2010), Jika mengalami depresi postpartumhal-hal
yang dapat dilakukan adalah: 1) bicaralah dengan ahli kesehatan tentang semua
gejala-gejalanya, riwayat kesehatan yang lalu; 2) bergabunglah dengan sebuah
kelompok, dimana bisa berbagi perasaan dan pikiran di dalamnya; 3) makan secara
seimbang dan teratur; 4) lakukan olahraga ringan, seperti jalan kaki; 5) beri kesempatan
kepada keluarga dan teman untuk menolong, seperti mengerjakan pekerjaan rumah
dan mengasuh anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Beck (2002)
dalam Records, Rice, Beck (2007), depresi postpartum adalah episode depresi
mayor yang bisa terjadi selama 12 bulan pertama setelah melahirkan. Menurut
Beck, faktor-faktor yang menyebabkan depresi postpartum ada 13, yaitu (Varney,
et al., 2008) :
a.
Depresi
prenatal
b. Stress merawat anak
c.
Stress
dalam kehidupan
d. Dukungan sosial
e.
Ansietas
pranatal
f.
Kepuasan
perkawinan
g. Riwayat depresi sebelumnya
h. Temperamen bayi
i.
Maternity
blues
j.
Harga
diri
k. Status sosioekonomi
l.
Status
perkawinan
m. Kehamilan tidak diinginkan atau tidak
direncanakan
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca.